Wisata Gedung Sate, Saksi Perlawanan Pejuang Mengusir Belanda Di Priang

Keajaibanalam.com,On The Spot – Gedung Sate adalah salah satu gedung bersejarah yang di resmikan pada September 1924.

Gedung sate dahulunya disebut dengan Gouvernement Bedrijven, Gedung yang dinamakan dengan Gedung sate oleh masyarakat Bandung karena gedung tersebut memiliki hiasan seperti tusuk sate di atas atapnya.

Tusuk sate yang berada di atas gedung sebenarnya bukan hiasan melainkan penangkal petir.

Gedung sate dahulunya digunakan oleh Belanda sebagai tempat kantor pekerjaan umum dan perairan saat Belanda menjajah Indonesia.

Gedung Sate yang dibangun oleh Belanda sebagai kantor pemerintahan Hindia Belanda di Priangan, yang mencakup pada daerah Cianjur, Bandung, Sumendang, Limbangan, Sukapura. Awal pusat pemerintahan Hindia Belanda sebenarnnya berada di Cianjur namun akhirnya dipindahkan ke Bandung, dan dibangunlah Gedung Sate.

Pada bagian dalam Gedung Sate, tepatnya di menara puncak terdapat sirene digunakan sebagai tanda adanya serangan dilakukan oleh musuh, Sirene digunakan jika ada tanda pemberontakan oleh musuh, baik dari kaum pribumi dan musuh dari negara lain yang ingin menguasai benteng Gedung Sate.

Dahulu pada 3 Desember 1945, setelah Indonesia merdeka pemerintahan kolonial Belanda masih banyak yang menempati Gedung Sate, bahkan tercatat sekitar 21 pemuda melawan para penjajah berlangsung selama 4 ja. Belanda yang terdesak saat mengetahui adanya pemberontakan langsung menghubungi tentara Inggris untuk melawan pribumi.

Sebanyak tujuh pemuda dinyatakan menghilang dalam pertempuran tersebut hingga 1952. Pada bulan Agustus pemerintah yang merenovasi Gedung Sate dan menemukan tiga jenazah pemuda di bawah batu besar yang berada di belakang Gedung Sate.

Tiga jenazah dikenal dengan nama Didi, Soehodo, dan Mochtaruddin dibuatkan prasasti didepan pintu masuk Gedung Sate dan untuk mengingat perjuangan para pemuda yang berusaha untuk mengusir Belanda maka pada tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum.

Gedung Sate memiliki beberapa ruang rahasia yang digunakan sebagai tempat persembunyiaan oleh pemerintah Hindia-Belanda, salah satunya yang berada pada menara puncak.

Untuk mencapai menara puncak, kita perlu menaiki sebanyak 64 anak tangga dari lantai dua, dan jalan menuju menara akan semakin sempit dan hanya bisa dilalui oleh satu orang.

Gedung sate kini menjadi salah satu objek wisata sejarah yang di Bandung, untuk menaiki menara puncak anda hanya perlu mengeluarkan Rp. 5.000,- dan kamu juga harus mengetahui jadwal yang telah di tentukan yaitu pada hari Sabtu dari pukul 15.00-16.00 WIB, dan hari minggu dari pukul 09.00-16.00 WIB dengan kuota 70 orang perhari.